Kamis, 10 Oktober 2013

SASTRA BAHASA INDONESIA PERIODE ANGKATAN 1961-1966


1.      Latar Belakang Kelahiran
Para sastrawan ingin menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan nasional mereka melalui karya sastra. Bagi mereka kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Mereka tidak mengutamakan salah satu sektoral kebudayaan di atas sektor kebudayaan lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodratnya. Kehidupan sastra pada masa ini penuh gejolak, banyak terjadi persaingan antara sastrawan yang mempertahankan seni untuk rakyat dan seni untuk seni.
Kelompok seni untuk rakyat tergabung dalam LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di bawah lindungan PKI. Para sastrawan seni untuk seni sangat mencintai kesenian, berusaha gigih melawan serangan kelompok seni untuk rakyat yang berideologi komunis. Pada tahun 1963, para budayawan, seniman, dan pengarang membangun Manifes Kebudayaan sebagai sikap anti-LEKRA. Kelompok ini menegaskan bahwa Pancasila landasan mereka.
Manifes Kebudayaan merupakan pukulan berat bagi Seniman LEKRA. Namun, mereka tidak putus asa dan berusaha menebarkan fitnah dan teror sehingga akhirnya seniman dan sastrawan anggota Manifes Kebudayaan tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup kemungkinan mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah dipecat dari pekerjaannya oleh presiden Soekarno. Akibatnya, majalah sastra pada saat itu dilarang terbit dikarenakan dianggap menuduh seseorang kontra revolusi, anti-manipol, anti-lisdek, anti-nasakom dan sebagainya.
Kelompok LEKRA berhenti beraksi ketika kup kekuasaan yang didalangi PKI (30 September 1965) digagalkan ABRI dan Rakyat Indonesia. PKI dibubarkan, orang-orang LEKRA ditangkap dan karya-karya mereka dilarang dibaca. Presiden Soekarno mengundurkan diri dan digantikan Presiden Soeharto. Inilah awal era Orde Baru, suatu orde yang berusaha memurnikan kembali penggunaan Pancasila sebagai Landasan Negara.

2.      Tujuan Kelahiran Angkatan
·         Membela kemerdekaan manusia yang diinjak-injak tirani secara mental dan fisik. Sajak-sajak, cerpen-cerpen, terutama esai-esai yang ditulis merupakan protes sosial dan protes terhadap penginjakan martabat manusia. Puncaknya adalah sajak-sajak Taufiq Ismail, Mansur Samin, Slamet Kirnanto, Bur Rasuanto, dan lain-lain yang ditulis ditengah demonstrasi mahasiswa dan pelajar awal tahun 1966. Sajak-sajak demonstrasi yang dikumpulkan Taufik Ismail dalam Tirani dan Benteng (tahun 1966) merupakan dari suatu period sejak tahun 1966, terbit majalah Horison ynag dipimpin Mochtar Lubis, H.B Jassin, Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, Arief Budiman, dan lainnya.
·         Memberi tanggapan terhadap kondisi Negara Indonesia. Adanya rasa kecewa akan Negara Indonesia pada zaman itu dikarenakan banyaknya KKN, kecurangan dalam birokrasi Negara, putusan pemerintah yang rahasia, kejahatan dimana-mana dan yang lainnya.
·         Mengajak rakyat Indonesia untuk memiliki rasa nasionalisme mempertahankan Republik Indonesia.

3.      Tokoh Sastrawan
1.      Taufik Ismail

Taufik Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun 1963. Ia adalah dokter hewan dan tergolong penyair yang handal. Sajak-sajaknya dipenuhi protes-protes terhadap ketidakadilan dan penyelewengan yang terjadi di masyarakat. Ia memotret berbagai peristiwa berdarah pada terjadinya demonstrasi besar-besaran terhadap pemerintah pada masa itu. Dia merekam tertembaknya Arif Rahman Hakim saat memimpin demonstrasi mahasiswa di Salemba, dalam sajaknya Salemba; Karangan Bunga; dan Percakapan Angkasa. Sebagian sajaknya dimuat dalam dua buku kumpulan sajak berjudul Tirani dan Benteng. Berikut terlampir sebuah puisi karyanya yang berjudul Karangan Bunga.
Karangan Bunga

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.

Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang di tembak mati
siang tadi
Apresiasi :
Puisi di atas membicarakan peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang orde lama. Tiga anak kecil mewakili golongan manusia lemah yang masih suci dan murni hatinya, yang sebenarnya belum tahu apa-apa tentang peristiwa demonstrasi itu. Tetapi mereka bertiga sudah mampu menyatakan duka cita terhadap gugurnya mahasiswa yang ditembak mati oleh penguasa pada waktu itu. Karena itu ketiga anak kecil membawa karangan bunga dalam langkah malu-malu. Tanda kedukaan dilambangkan dengan “pita hitam pada karangan bunga”. Penggambaran melalui tiga anak kecil menyentuh hati pembaca. Pembaca tentu tidak akan percaya bahwa lukisan itu menggambarkan kenyataan, sebab di tengah-tengah demonstrasi mahasiswa saat itu tidak mungkin ada “tiga anak kecil” membawa karangan bunga ke Salemba. Jadi semua pernyataan ini bermakna kias dan melambangkan suatu maksud yang hendak dikemukakan oleh penyair. Yakni, kedukaan yang mendalam karena gugurnya pahlawan Ampera.Pemilihan kata, bunyi, lambang, kiasan, versifikasi, dan sebagainya diabdikan untuk kepentingan perwujudan makna tersebut.

2.      Gunawan Muhammad
Ia merupakan salah seorang pendiri majalah Horison bersama Arif Budiman, HB Jassin dan beberapa orang lainnya. Ia lebih terkenal sebagai esais atau penulis esai yang sangat produktif. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Dia juga berhasil membuat beberapa sajak. Tulisan-tulisannya banyak dimuat dalam majalah Horison. Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan, diantaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian eseinya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980). Tetapi lebih dari itu, tulisannya yang paling terkenal dan populer adalah Catatan Pinggir, sebuah artikel pendek yang dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Sejak kemunculannya di akhir tahun 1970-an, Catatan Pinggir telah menjadi ekspresi oposisi terhadap pemikiran yang picik, fanatik, dan kolot. Berikut terlampir salah satu karyanya yang berjudul Di Depan Sancho Panza.

Di Depan Sancho Panza

Di depan Sancho Panza yang lelah,
seorang perempuan bercerita tentang sajak
yang disisipkan ke dalam hujan
yang tak tidur.

Tentu saja Sancho tak mengerti
bagaimana sajak disisipkan
ke dalam hujan, tapi ia mengerti
cinta yang sungguh. Dipegangnya tangan
perempuan itu dan berkata, ”Jangan cemas.”

Memang sebenarnya perempuan itu cemas:
Seseorang mencintainya dan ia tak tahu
untuk apa. Ia tak tahu kenapa sajak-sajak tetap terbuang
dan laki-laki itu tetap menuliskannya, sementara hujan
hanya datang kadang-kadang. Malah guruh lebih sering,
seperti brisik kereta langit yang menenggelamkan
antusiasme yang tak lazim. Atau logat yang asing.
Atau angan-angan yang memabukkan.

”Semua ini jadi lucu,” kata perempuan itu.
Dan Sancho pun sedih. Sebab ia pernah melihat seorang kurus,
tua dan majenun, yang memungut sajak yang lumat
dalam hujan, yang percaya telah mendengar sedu-sedan
dan cinta dari cuaca, meskipun yang ia dengar
adalah sesuatu yang panjang dan sabar
seperti gerimis.
2.      Bachtiar Siagian

Dilahirkan di Aceh pada tahun 1934. Ia juga termasuk pengarang LEKRA yang aktif menulis dan menyutradai drama. Salah satu buku dramanya yang berhasil diterbitkan berjudul Lorong Belakang, Setelah PKI dan LEKRA nya dibubarkan, Bachtiar Siagian ditangkap dan karya-karyanya dilarang terbit dan dilarang dibaca. Ia pernah meraih Piala FFI sebagai Sutradara Terbaik di Tahun 1960. Ia sempat menjadi pemeran utama dalam film "Melati Sendja". Film-filmnya banyak diperani oleh para artis Rima Melati, Mieke Widjaja, Nani Widjaya, dan Dicky Zulkarnaen.

4.      Tokoh H.B.Jassin
Sejarah mencatat, sepanjang hidupnya HB Jassin menumpahkan perhatiannya mendorong kemajuan sastra-budaya di Indonesia. Berkat ketekunan, ketelitian dan ketelatenannya, ia dikenal sebagai kritisi sastra terkemuka sekaligus dokumentator sastra terlengkap. Kini, kurang lebih 30 ribu buku dan majalah sastra, guntingan surat kabar, dan catatan-catatan pribadi pengarang yang dihimpunnya tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Begitu besarnya pengaruh HB Jasin di antara kalangan sastrawan, Gajus Siagian (almarhum) menjulukinya “Paus Sastra Indonesia”. Ia juga turut menanda-tangani Manifesto Kebudayaan) tahun 1963.

4.      Tokoh sastrawan beserta karya sastra lainnya

·         Saini K.M. à Nyanyian Tanah Air (sajak).
·         A.S. Dharta (LEKRA) à Rangsang Detik (sajak), esai, dan kritik sastra.
·         B. Soelarto (Manikebu) à Domba-Domba Revolusi (drama).
·         Bur Rasuanto à Bumi yang Berpeluh, Sang Ayah (roman). Mereka telah Bangkit (sajak).
·         Satyagraha Hoerip à Sepasang Suami Istri (roman politik).
·         Sapardi Djoko Damono à Dukamu Abadi (sajak).
·         Kamal Firdaus T.F. à Di Bawah Fajar Menyingsing (sajak).
·         Rahmat Djoko Pradopo à Matahari Pagi di Tanah Air (sajak).
·         Slamet Kirnanto à Kidung Putih, Puisi Alit (sajak).
·         Titi Said à Perjuangan dan Hari Perempuan (cerpen).
·         S. Thahjaningsih à Dua Kerinduan (cerpen).
·         Sugiarti Iswadi à Sorga di Bumi (cerpen).
·         Enny Sumargo à Sekeping Hati Perempuan (roman).
·         Gerson Poyk à Hari-Hari Pertama (novel).
·         Ras Siregar à Harmoni (cerpen), Terima Kasih (roman).
·         Djumri Obeng (anti-LEKRA)à Dunia Belum Kiamat (roman).
·         Poernawan Tjondronagoro à Mendarat Kembali, Mabuk Sake (roman).
·         Rosida Amir à Jalan yang Tak Kunjung Dasar (roman).
·         Zen Rosdy à Cinta Pertama (roman).
·         Tabrin Tahar à Guruh Kering (cerpen).
·         Matia Madijah à Kasih di Medan Perang (roman).
·         M. Saribi Afn à Gema Lembah Cahaya (sajak).
·         Agam Wispi (LEKRA) à Sahabat (sajak).
·         S. Anantaguna à Yang Bertanah Air Tapi Tidak Bertanah (sajak).
·         Sobron Aidit à Pulang Bertempur, Ketemu di Jalan (sajak). Derap Revolusi (cerpen).
·         Hadi Sosrodanukusumo à Jatuh dan yang Tumbuh (sajak).
Pengarang yang di masa sebelumnya telah terkenal dan aktif, yaitu: Rendra, N.H. Dini, Ramadhan K.H., Nasjah Djamin, Toha Mochtar, Toto Sudiarto Bachtiar, Motinggo Busye, dan masih banyak lagi.

Pengarang yang mulai produktif dan melahirkan karya sastra pada masa berikutnya, yaitu: Titis Basino, Darmanto Jatman, Dick Hartono, Budi Darma, Bakti Sumanto, Poppy, Abdul Hadi, Bachrum, sanento, Rita, Peramsi, Andre Harjana, Umar Kayam, Ernisiswati Hutomo, dan beberapa pengarang lainnya.
4.      Genre Sastra yang Terkenal
Jenis karya sastra yang terkenal pada tahun 1961-1966 adalah syair, puisi, gurindam dan hikayat. Berikut ini terlampir salah satu contoh syair yang terkenal, yaitu Syair Orang Lapar (1964).
SYAIR ORANG LAPAR
Taufiq Ismail
L apar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau

Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau

Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kau ulang jua
Kalau.
5.      Karakteristik Angkatan
·         Tema yang diangkat : Perjuangan (berlatar revolusi), kehidupan PSK, social,   kejiwaan,   keagamaan, kegelisahan batin dan rumah tangga yang bersumber pada siutasi budaya belum mapan dan situasi-situasi tersebut karena adanya norma politik dan norma ekonomi.
·         Karya yang dihasilkan bermacam-macam ide dan warna. Contohnya: warna lokal yang terdapat pada Ronggeng Dukuh Paruk karya Achmad Thohari
·         Adanya sastra protes, contoh: kumpulan sajak Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail
Arti penting sajak angkatan ‘66 pertama-tama bukanlah sebagai seni, tetapi merupakan curahan hati khas anak-anak muda yang mengalami kelegaan perasaan setelah masa penindasan.

6.      Daftar Pustaka
·         Rani, Supratman Abdul dan Yani Maryani. 2004. Intisari Sastra Indonesia untuk SLTP. Cetakan ke-2. Bandung : Pustaka Setia.
·         Ismail, Taufiq. Malu Aku Menjadi Orang Indonesia.
·         http://spiritskul.blogspot.com
·         http://kolom-biografi.blogspot.com
·         http://asiaaudiovisualrb09susilo.wordpress.com
·         http://pecintapuisi.wordpress.com/2008/02/25/syair-orang-lapar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar